Minggu, 31 Juli 2011

Mengenal Potensi Nafsu


SONGSONG SA’BAN: MENGENAL POTENSI NAFSU
Oleh : Sugito, S. Ag

SA’BAN merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah swt. Bulan dimana manusia diharapkan menjaga betul nafsu-nafsu amarah untuk mempersiapkan Ramadhan. Di bulan Sa’ban pula diharamkan melakukan peperangan atau permusuhan. Manusia dikehendaki oleh Allah untuk menjadi khalifah, pemuka dari makhluk-makhluk lain dalam kehidupan di bumi. Agar dapat menunaikan fungsi dan tugas-tugasnya dalam memegang amanat tersebut, manusia diberi oleh Allah berbagai potensi yang tidak semuanya diberikan kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain. Salah satu potensi itu adalah nafsu yang bisa menyebabkan kebahagiaan hidup pemiliknya namun juga sangat berpotensi mencelakakan dan menghancurkan kehidupannya.
Menurut Imam Al-Ghozali, nafsu merupakan salah satu organ lembut yang terdapat dalam tubuh manusia, menjadi pusat berkumpulnya kekuatan amarah dan berbagai macam syahwat. Tetapi dalam pengertian lain disebutkan bahwa, nafsu mempunyai sifat yang berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan keadaan yang sedang dihadapi seseorang.
Ada tiga macam keadaan yang mempengaruhi orientasi nafsu.
Pertama : Apabila seseorang bertindak menyeleweng dari aturan-aturan kebenaran, berbuat zhalim, marah dan perbuatan-perbuatan lain sejenis itu, maka ia sedang dikuasai nafsu amarah yaitu nafsu yang selalu mendorong perbuatan buruk.
Kedua :  Apabila seseorang tidak menyukai atau mencela perbuatan jelek, tapi baru merasa menyesal setelah berbuat buruk maka ia sedang dalam pengusaan nafsu lawwamah
Ketiga :  Apabila seseorang merasa tenang dan senang jiwanya, ingat kepada Allah, tumbuh motifasi ibadahnya, berkembang melakukan kebaikan-kebaikan, maka ketika itu ia dinaungi nafsu muthmainnah.
Memahami adanya berbagai macam nafsu itu mungkin kita bertanya, apa hikmahnya Allah memperlengkapi manusia dengan nafsu?
 Dengan potensi nafsu itu, manusia diberi kemampuan untuk memakmurkan kehidupan di dunia, melanjutkan keturunan dan menunaikan fungsi-fungsi kekhalifahannya di muka bumi ini, sebagaimana yang diamanatkan oleh Allah SWT. Nafsu merupakan instrumen-instrumen penyalur keinginan, kesenangan dan kebutuhan hidup manusia. Karena itulah maka kehidupan dan tugas-tugas manusia berbeda dengan hakekat kehidupan dan amaliah makhluk-makhluk hidup yang lain, seperti malaikat, setan dan binatang.
Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 14 :
z`Îiƒã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# šÆÏB É=yd©%!$# ÏpžÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 šÏ9ºsŒ ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ
“Manusia diberi potensi (dihiasi) dengan keinginan (nafsu) untuk mencintai wanita, (memiliki) anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan), berbagai jenis binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat kembali yang baik”.

Nafsu selalu berubah-ubah wujudnya suatu saat yang dominan nafsu muthmainnah pada waktu  yang lain lawwamah atau amarah. Untuk itu supaya manusia selamat dari kejahatan nafsu maka harus membimbing dan mengarahkan nafsu secara benar dengan cara menyatukan akal dan hati, berfikir secara mendalam tentang diri sendiri dan hakekat hidup. Orang yang telah menemukan dirinya sendiri, mengetahui hakekat hidupnya, niscaya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ; dari mana dirinya berasal, di mana sekarang berada, untuk apa dirinya hidup dan kemana setelah kehidupan ini berakhir. Dalam falsafah jawa kita menemukan ajaran: “Sangkan Paraning Dumadi Manunggaling Kawulo Gusti”.Jika mampu menjawab berbagai pertanyaan itu, manusia akan segera menemukan jalan lurus terbentang dihadapannya.
            Pada dasarnya manusia lemah dalam membentengi diri dari pengaruh yang datang dari luar maupun yang datang dalam dirinya. Selama masih hidup, tidak henti-hentinya setan berusaha untuk menggelincirkan manusia dari jalan yang benar dan diridhai Allah swt. Sebab ia merasa iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada manusi. Sedangkan dirinya telah divinis sebagai makhluk yang sesat.
            Mengingat jiwa manusia lemah ketika berhadapan dengan nafsu  maupun buju-rayu setan, maka ada beberapa kiat yang harus dilakukan :
            Pertama, Selalu memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan dan pengaruh nafsu jahat.
            Kedua, selalu mencari petunjuk ke jalan yang benar serta meningkatkan pengetahuan agama melalui membaca, mengaji dan mendekat pada ulama dan orang-orang shaleh.
            Ketiga, mengendalikan nafsu dengan sebaik mungkin supaya tidak diperalat oleh nafsu yang dapat menjerumuskan.
            Keempat, selalu sabar dalam menghadapi setiap cobaan, baik yang menimpa fisik maupun batin. Bersyukur atas setiap karunia Allah swt adalah tahapan lebih lanjut atas sikap sabar kita.
            Kelima, Membatasi diri dalam kesenangan duniawi.
            Dengan mengenal potensi nafsu dalam diri kita menjadikan kita lebih siap menyongsong bulan Sa’ban ini. Kiat-kiat dalam menggapai keselamatan hidup di dunia, memberi harapan terbebas dari godaan setan serta dapat memposisikan potensi nafsu yang kita miliki supaya terarah. Wa’allahu’alam


Penyuluh Agama Islam Kec. Pandak

0 comments:

Posting Komentar