Minggu, 31 Juli 2011

Gender dan Keluarga Sakinah


Konsep Setara Gender Menuju Keluarga Sakinah


Oleh : Sugiatno
Keluarga merupakan unit terkecil dimana berbagai keputusan diambil, dan nilai-nilai luhur tentang kesetaraan dan keadilan gender ditanamkan kepada anak-anak dan seluruh anggota keluarga itu berada. Tanpa adanya pemahaman akan konsep dan nilai-nilai yang berkesetaraan dan berkeadilan di dalam keluarga sejak dini, bahkan sejak anak berada dalam kandungan, maka besar kemungkinan nilai-nilai tersebut tidak diaplikasikan di dalam kehidupan suatu keluarga.

Selain itu, keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan bermasyarakat terkait antara orang tua dan anak, seringkali melakukan berbagai diskriminasi terhadap anak perempuan, ibu dan anggota keluarga perempuan lainnya. Demikian Drs Sugiatno, Kasubag Pemberdayaan Masyarakat Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu menanggapi persoalan setara gender yang bermuara kepada keluarga sakinah.

Menciptakan keluarga sakinah bisa dikonsep sejak dini. Termasuk memberikan pemahaman kepada anak laki-laki dan perempuan tentang setara gender dan apa yang harus mereka lakukan saat membina rumah tangga kelak Dijelaskan,pengelola keluarga adalah merupakan tanggung jawab bersama antara pihak bapak dan ibu. Si ibu seringkali mendapatkan peran beban ganda, yaitu mulai dari mengurus suami, anak, rumah, dari pagi hingga larut malam, dipihak lain, dalam kondisi tertentu misalnya pada saat kondisi ekonomi keluarga terdesak, seringkali si istri juga turut memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan bekerja di luar rumah.

Kurangnya akses dan kontrol dalam proses pengambil keputusan, karena si bapak lebih menonjol kepada posisinya sebagai kepala keluarga yang keputusannya selalu dianggap terbaik dan harus diikuti  si istri dan anak-anaknya. Hal ini membuat aspirasi dan kepentingan perempuan tidak terwakili dan semakin membuat mereka terpinggirkan dan tidak menjadi prioritas.

Ditambahkan, terciptanya kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga, maka prinsip-prinsip manajemen dalam pengertian yang sederhana harus diterapkan dalam keluarga, yang pada hakekatnya adalah juga merupakan lembaga atau organisasi. Dikatakan, manajemen keluarga, diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan orang-orang dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama dengan memanfaatkan sumber daya, dana dan prasarana yang tersedia. Dalam mencapai tujuan keluarga ada dua jenis sumber  daya yang harus dikelola, yaitu manusia yang mencakup seluruh anggota keluarga dan non manusia yang meliputi seluruh fasilitas, dana, peralatan dan perangkat yang diperlukan dalam proses kerjasama.

Selain itu,komunikasi juga memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga. Adanya komunikasi antar anggota dalam keluarga yang terjadi dengan penuh kasih sayang, persahabatan, kerjasama, penghargaan, kejujuran, kepercayaan dan keterbukaan

Komunikasi sebagai suatu kegiatan interaksi dimana masing-masing anggota keluarga menyampaikan dan menerima pesan, maksud, perasaan serta pikirannya untuk saling diterima dan diinterpretasikan sesuai dengan tingkatan persepsi masing-masing, sangat penting dalam menentukan kualitas hubungan antar manusia, termasuk kualitas hubungan antar anggota keluarga
Pendidikan pada anak harus diutamakan, terutama pendidikan sosial oleh para orang tuanya secara mandiri. Anak membutuhkan pengasuhan dan pemeliharaan yang layak dari orang tua, karena sebagai generasi penerus anaklah yang akan meneruskan harapan, cita-cita dan apa yang dirisaukan oleh orang tua. Dalam konteks ini, orang tua tidak hanya berkewajiban memberi anak makan dan pakaian yang memadai, tetapi juga harus memperhatikan semua pertumbuhan dan perkembangan anak yang menyangkut; fisik, pikir dan daya cipta, bahasa dan motorik, moral, agama, disiplin, emosi dan kemampuan masyarakat.

Sebagai calon anggota masyarakat, anak harus mempunyai kemampuan bermasyarakat yang disebut juga kemampuan sosial. Bagi orang tua, kata dia, yang kurang mampu menerapkan gaya pengasuhan yang cukup tepat, yang seyogianya disesuaikan dengan kondisi orang tua, anak dan lingkungan, maka akan terbentuk hubungan yang kurang harmonis antara anak dan orang tua, bahkan menjadikan pecahnya keluarga. Hal ini barangkali dapat dihindari bila orang tua memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan tentang gaya pengasuhan orang tua dalam keluarga, untuk membentuk anak yang matang perkembangan sosialnya yang memberi kontribusi cukup besar untuk ketentraman keluarga.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi juga perlu diberikan kepada anggota keluarga. Kesehatan reproduksi mempunyai arti bukan sekedar memelihara, merawat dan menjaga alat reproduksi, tetapi arti lebih luasnya mencakup peran seluruh anggota keluarga dalam memelihara kelangsungan kehidupan keluarga Dalam hal ini, perempuan ( sebut saja ibu ) sebagai salah satu anggota keluarga mempunyai 3 ( tiga ) peran penting, yaitu sebagai ibu rumah tangga, anggota masyarakat dan peran reproduktif. Ketiga peran tersebut perlu dijaga keseimbangannya agar kerukunan dan kesejahteraan hidup keluarga terpelihara dengan baik.Dalam peran reproduktif, perempuan berkewajiban untuk melahirkan anak-anaknya sebagai pewaris keturunannya. Namun adakalanya tidak semua perempuan dapat melahirkan keturunannya, meskipun secara fisik dan mental sehat. Ketidaksuburan perempuan dapat menjadi pemicu ketidakharmonisan keluarga. Demikian pula sebaliknya ketidaksuburan laki-laki akan mengakibatkan hal yang sama.

Oleh karena itu perlu adanya saling pengertian antara suami dan istri demi menjaga keharmonisan keluarga. Peran reproduktif berarti pula bahwa suami dan istri harus saling menjaga dan memahami permasalahan yang berkaitan dengan anak-anaknya sebagai buah kasih sayang mereka. Melahirkan anak berarti harus siap memelihara, merawat dan mendidiknya menjadi anak yang berguna di masa yang akan datang. Persoalan keuangan, sambung Sugiatno bagian yang tak bisa dipinggirkan dalam pengelolaan keluarga,karena didalam kehidupan suatu keluarga membutuhkan makan, minum, pakaian, pendidikan, kesehatan, rekreasi, transportasi dan sebagainya Kalau melihat gambaran ini seolah-olah kebutuhan manusia tidak terbatas, padahal alat pemuas ( uang ) sifatnya terbatas, akibatnya manusia cenderung mengatakan kurang dari pada lebih atau cukup.
Melalui pengelolaan manajemen keuangan keluarga yang baik, uang yang keadaannya sangat terbataspun dapat kita kendalikan; bukan sebaliknya, kita yang dikendalikan uang. Dengan manajemen keuangan yang baik, dengan senantiasa membuat perencanaan anggaran belanja keluarga, kita dapat bergaul dengan uang, memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan yang sangat penting, menghayati faedah hidup sederhana, dapat menabung, terhindar dari sifat boros dan asal membeli.

Satu hal yang perlu ditekankan dalam keluarga adalah, peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat sangat beragam dan berganda telah disadari, terlebih-lebih fungsi dan peran perempuan dalam keluarga yang tidak dapat digantikan/dilakukan oleh laki-laki (mengandung, melahirkan dan menyusui) dan yang lebih dominan dari laki-laki (memelihara anak, mengelola urusan rumah tangga, memberi perhatian dan kasih sayang, menanamkan nilai-nilai moral/agama dan sebagainya).

Peran perempuan ini sangat menentukan kualitas intelektual, emosional dan spiritual anak sebagai generasi penerus, maupun kualitas keluarga sebagai unit terkecil masyarakat.  Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan merupakan penentu arah dan masa depan bangsa, sehingga seharusnyalah upaya peningkatan kualitas  dan pemberdayaan perempuan mendapat perhatian yang proporsional.

Jadi  dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga, untuk tercapainya keluarga sakinah, maka dalam kehidupan suatu keluarga perlu menerapkan prinsip-prinsip antara lain; manajemen dan perencanaan program keluarga, komunikasi dalam keluarga, pendidikan sosial dalam keluarga, gaya pengasuhan orang tua dalam keluarga, kesehatan reproduksi dalam keluarga dan manajemen keuangan keluarga


Sumber : http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2595:konsep-setara-gender-menuju-keluarga-sakinah&catid=31:perempuan&Itemid=99

0 comments:

Posting Komentar