Kejujuran Lambang Kebesaran Islam
Oleh : Drs.H. Abdurrahim Thabrani
Berbicara tentang kejujuran merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam, baik yang menyangkut pribadi, berkeluarga
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam sejarah perjuangan Rosululloh SAW ketika beliau melaksanakan tugas kerosulan menyampaikan wahyu-wahyu Alloh SWT di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jahiliyah kota Mekah, betapa banyak orang yang mengakui kejujuran dan kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW sehingga sekalipun sebagian besar masyarakat menolak ajaran yang beliau sampaikan, namun di antara mereka banyak juga yang tertarik dan rela mengikuti ajaran Islam yang Nabi sampaikan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang dalam.
Di tengah-tengah gencarnya masyarakat menuding Nabi dengan kata-kata yang kotor, keji dan menyakitkan, namun di situ pula lahir pancaran hati nurani yang suci mengakui kebenaran, kejujuran, dan ketinggian akhlak yang dimiliki Rosululloh SAW dan pada saat itu pulalah lahir julukan indah yang hanya diberikan kepada beliau, dengan ungkapan “Al-Amin” manusia yang paling jujur di tengah-tengah kerusakan masyarakat yang menyelimuti kota Mekah saat itu.
Dengan kejujuran itulah Rosululloh SAW mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat yang telah mendapat hidayah cahaya kebenaran Alloh SWT yang sebelumnya mereka sangat gencar menolak ajaran yang beliau sampaikan. Secara bertahap pengikut Nabi satu demi satu masuklah ke dalam agama Islam, baik dari kalangan masyarakat bawah maupun kalangan orang-orang besar terkemuka, antara lain : Bilal bin Robah, keluarga Yasir, Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan masih sangat banyak lainnya.
Kejujuran dan kemuliaan akhlak yang dimiliki Rosululloh SAW pada hakikatnya merupakan contoh teladan bagi kita umatnya, agar kehidupan yang kita jalani di dunia mengikuti dan mencontoh prilaku yang beliau ajarkan, sehingga kita menjadi manusia yang dicintai dan dimuliakan Alloh SWT. Sabda Rosululloh SAW :
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لأَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna iman salah seorang di antaramu sebelum semua aspek keidupannya mengikuti pa yang aku sampaikan” (H.R. Imam Bukhari dan Muslim).
Dalam mengikuti kejujuran dan kemuliaan akhlak Nabi, para Sahabat, Tabiin, Mujahidin, para Ulama dan orang-orang shaleh serta umatnya yang taat dan cinta kepada beliau tetap setia mengikuti keteladanan yang beliau ajarkan sepanjang kehidupan mereka.
Salah satu contoh apa yang pernah dilakukan oleh Sayidina Umar bin Khattob ketika terjadi krisis ekonomi menimpa masyarakat Madinah saai itu, beliau membuat peraturan di antaranya ; siapapun dilarang menjual susu yang dicampur dengan air dengan harapan agar mendapatkan keuntungan yang besar, karena hal itu dapat merugikan orang lain (konsumen).
Pada suatu malam bersama sahabatnya bernama Aslam, Kholifah Umar mengadakan peninjauan langsung apakah masyarakatnya memenuhi peraturan tersebut. Ternyata pada malam itu beliau menemukan seorang ibu memerintahkan anaknya untuk mencampur susu dengn air agar ibu tersebut cepat mendapat keuntungan besar. Alhamdulillah anak tersebut langsung menegur ibunya agar jangan berbuat curang dalam usaha dagangnya.
Keesokan paginya Kholifah Umar memanggil ibu tersebut dan memberinya nasihat kepadanya agar tidak melakukan perbuatan penipuan yang dapat merugikan orang banyak. Dalam nasihatnya beliau mengungkapkan kalimat “Negeri kita ini memiliki slogan negeri yang berbudaya dan bermartabat, namun kenyataannya kejujuran sudah mulai hilang baik dikalangan para pemimpin maupun dikalangan rakyatnya”.
Dalam Al Qur’anul kariim banyak ayat yang memerintahkan kita berlaku jujur dalam kehidupan ini, di antaranya tercantum dalam surat At-Taubah ayat 119, Alloh SWT berfirman :
يَآاَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْ اتَّقُوْالله َ وَكُوْنُوْامَعَ الصّدِقِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).
Orang-orang yang jujur merupakan golongan orang-orang yang bertaqwa dan kelak akan dimasukkan ke dalam surga sebagai tempat tinggal yang terbaik dan kekal abadi.
Firman Alloh SWT :
الصَّبِرِيْنَ وَالْصَّدِقِيْنَ وَالْقَنِتِيْنَ وَالْمُنَفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِاْلأَسْحَارِ
“Yaitu orang-orang yang sabar, yang benar (jujur), yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di Jalan Alloh), dan yang memohon ampunan diwaktu sahur”. (QS. 3 Ali Imran : 17).
Jika kita berlaku jujur dalam hal apapun yang kita lakukan , Insya’ Alloh kita akan mendapatkan nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan itu serta dapat dinikmati oleh orang banyak. Sebaliknya jika kita tidak jujur dan penuh dengan kemunafikan, maka dampak keburukan akibat ketidakjujuran dan kemunafikan itu akan mendatangkan kerusakan. Membahayakan diri kita sendiri dan juga orang lain serta dapat meruntuhkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dn bernegara.
Menyikapi hal tersebut Rosululloh SAW pernah bersabda : “Ciri-ciri orang munafik ada tiga : apabila berbicara ia berdusta, apabilan berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercaya ia mengkhianatinya” (HR. Imam Muslim, Tirmizi dan Nasa’i).
Untuk menyelamatkan kehidupan kita ini marilah kita bangun dan hidupkan kembali gerakan menegakan kejujuran dan akhlakul karimah di tengah-tengah kehidupan kita sesuai dengan ajaran Rosululloh SAW dan kita terus berjuang melawan berbagai bentuk kerusakan yang dilakukan oleh sebagian orang di negara yang kita cintai ini.
0 comments:
Posting Komentar