Oleh : Khoiri, S.Ag
Seandainya kita bertanya kepada orang-orang kita dari berbagai agama, bangsa, profesi dan status sosial tentang cita-cita hidup di dunia ini, pasti kita akan mendapatkan jawaban yang sama “kami ingin hidup bahagia”.
Bahagia adalah keinginan dan cita - cita semua orang. Orang mukmin ingin hidupnya bahagia demikian orang - orang kafirpun ingin hidupnya bahagia. Orang yang berprofesi sebagai PNS ingin bahagia dengan profesinya. Orang yang berprofesi sebagai pedagang ingin bahagia dengan profesinya. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin bahagia degan profesinya bahkan seorang pelacur sekalipun ingin bahagia hidupnya dengan profesinya.
Meskipun semua orang ingin bahagia akan tetapi banyak orang yang belum mengetahui bagaimanakah hidup bahagia yang sebenarnya. Dan banyak juga yang belum mengetahui bagaimana cara meraihnya. Meskipun ketika kita melihat secara lahiriyah sebagian orang kelihatannya merasa bahagia ketika hidupnya di dunia bergelimang dengan harta, mempunyai jabatan yang tinggi, namun ternyata kenyataannya banyak yang terbalik. Orang yang punya banyak harta, pangkat dan status sosial yang tinggi akan tetapi hidupnya jauh dari bahagia, rumah tangganya berantakan, rumah yang indah, mobil yang mewah ditinggalkan justru tinggal di kamar prodeo yang sempit.
Sebenarnya bagaimanakah hidup yang bahagia itu ?
Ketika kita bertanya kepada banyak orang, "Apakah anda akan bahagia jika mempunyai rurnah yang indah, mobil yang mewah, penghasilan yang berlimpah, istri suami yang cantik/tampan?. Maka jawaban yang akan kita dapatkan adalah kata "YA". Akan tetapi ingatlah bahwa semua itu tidak akan berlangsung lama. Karena kebahagiaan yang disebabkan hal - hal dari luar kita adalah kebahagiaan yang semu. Kebahagiaan itu akan hilang ketika kita memiliki, karena yang akan kita rasakan adalah perasaan yang biasa – biasa saja.
Kebahagiaan .yang hakiki itu terletak di mana ?.
Kebahagiaan yang hakiki terletak di dalam diri kita sendiri. Inti kebahagiaan ada pada pikiran dan hati kita. Oleh karena itu ubahlah cara pandang kita, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin.
3 Kunci kebahagiaan
Kunci pertama kebahagiaan adalah rela memaafkan. Coba renungkan kata "SUBHANALLAH". Tuhanlah yang maha suci, sementara manusia adalah tempat kesalahan dan kealpaan. Kesempurnaan manusia itu justru terletak pada ketidaksempurnaannya. Dengan memahami konsep ini maka hati kita akan senantiasa terbuka untuk memaafkan orang lain.
Seorang dokter terkenal Gerald Jampolsky menemukan bahwa sebagian besar masalah yang kita hadapi dalam hidup bersumber dari ketidakmampuan kita untuk memaafkan orang lain. Ia bahkan mendirikan sebuah pusat penyembuhan terkemuka di Amerika yang hanya menggunakan satu metode yaitu " rela memaafkan”.
Kunci kedua adalah bersyukur. Coba renungkan kata "ALHAMDULILAH". Orang yang bahagia adalah orang yang senantiasa rnengucapkan Alhamdulillah dalam situasi apapun. Ada satu kisah seorang petani miskin yang kehilangan kuda miliknya yang hanya satu-satunya. Orang - orang di desanya sangat prihatin terhadap kejadian itu. Namun petani tadi justru mengucapkan alhamdulillah. Seminggu kemudian kuda tersebut kembali ke rumahnya yang diikuti oleh serombongan kuda liar. Dan petani tersebut mendadak menjadi orang yang kaya raya. Orang- orang di desanya berduyun - duyun datang ke rumah petani tadi dan mengucapkan selamat kepadanya, dan petani tadi berkata alhamdulillah.Tak lama kemudian petani tadi mendapat musibah lagi. Anaknya yang berusaha menjinakkan seekor kuda liar terjatuh sehingga patah kakinva. Orang - orang di desanya amat prihatin terhadap kejadian mi. Akan tetapi sang petani justru mengucapkan alhamdulillah. Ternyata seminggu kemudian tentara masuk ke desa tersebut mencari para pemuda untuk mengikuti wajib militer. Semua pemuda diboyong menuju ke luar desa kecuali anak sang petani yang patah kakinya tadi. Dengan kejadian ini petani tadi berkata alhamdulillah.
Cerita ini sangat inspiratif karena dapat merunjukkan kepada kita bahwa apa yang kelihatannya baik ternyata belum tentu baik sebaliknya apa yang kelihatannya buruk belum tentu buruk. Orang yang senantiasa bersyukur tidak akan terganggu dengan apa yang ada di luar dirinya. Karena itu ia akan selalu menerima apa saja yang dihadapi : “qonaah”.
Kunci ketiga kebahagiaan adalah tidak membesar besarkan hal yang kecil dan mengecilkan hal - hal yang besar. Coba renungkan kata "ALLOHU AKBAR" maka kita akan merasa bahwa hanya Tuhanlah yang maha besar.
Dan banyak hal - hal kita pusingkan yang kita pusingkan setiap hari padahal sebenarnya adalah masalah - masalah kecil.
Konsep kebahagiaan dalam Islam
Ribuan tahun yang lalu para pemikir sudah mulai memperbincangkan tentang kebahagiaan. Kesimpulannya adalah bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia clan bersifat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika sedang berjaya, maka disitu ada kebahagiaan, jika sedang jatuh / bangkrut maka hilanglah kebahagiaan. Maka menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang bersifat abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Ini adalah gambaran kondisi kejiwaan kaurn hedonisme yang banyak dianut oleh manusia di dunia ini. Mereka senantiasa mencari dan mengejar kebahagiaan tanpa ada rasa puas, karena ketika suatu keinginan didapat maka selanjutnya ingin ia dapatkan yang lainnya.
Islam menyatakan bahwa kebahagiaan itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan. Bukan kepada diri hayali dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanya dapat dinikmati dalam alam pikiran belaka. Kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakekat terakhir yang mutlak dicari yaitu keyakinan akan hak Alloh SWT dan pelaksanaan amalan yang dikerjakan oleh dirinya berdasar pada keyakinannya.
Jadi kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
- Dewi Masyithoh merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannva meskipun harus disiksa dalam "nerakanya" Fir'aun la'natulloh
- Rilal bin Rabbah merasa bahagia karena dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa oleh oran – orang kafir quraisy
- Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus menjalani hidup di penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara.
- Para sahabat nabi merasa bahagia biarpun harus meninggalkan kampung halaman dan hartanva demi mempertahankan keimanannva
Imam Ghozali menyatakan : Ketahuilah bahwa bahagia tiap - tiap sesuatu bila kita rasakan kenikmatan, kesenangan dan kelezatannya maka rasa itu menurut perasaan masing - masing. Kelezatan mata ialah ketika melihat rupa yang cantik / tampan.
Kelezatan telinga adalah ketika mendengarkan suara yang merdu, demikian juga seluruh anggota tubuh yang lainnya akan bisa merasakan kenikmatan menurut perasaannya masing - masing. Adapun kebahagiaan hati adalah "Ma'rifat " kepada Alloh. Ma'rifatulloh adalah buah dari ilmu. Ilmulah yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Alloh. Maka untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi manusia wajib mengenal Alloh dengan cara memahami ayat - ayat-Nya baik ayat kauniyah maupun ayat qouliyah. Inilah yang disebut ilmu yang dapat menghantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan yang sejati yaitu kebahagiaan dunia dan akherat.
Dalam kondisi apapun maka senangkanlah hatimu dan jangan pernah bersedih. Jika dalam kondisi kaya, senangkanlah hatimu ! karena dihadapanmu terbentang kesempatan untuk menyelesaikan yang sulit - sulit dan beramal dengan hartamu.
Jika engkau fakir miskin, senangkan pula hatimu ! karena engkau telah terlepas dari penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang - orang kaya. Senangkan pula hatimu karena tidak akan ada orang yang hasad dan dengki kepadamu karena kemiskinanmu.
Kalau engkau dilupakan orang, tidak menjadi orang terkenal, senangkan hatimu! Karena tidak akan banyak lidah yang mencelamu, mulut tidak banyak yang mencacimu.
Konsep bahagia orang jawa Islam
Salah satunya adalah yang terdapat dalam tembang asmorondono di bawah ini.
Urip ing donyo tan lami
Ojo demen numpuk bondo
Elingo tembe mburine
Lamun mati tan ginowo
Kajobo amal jariyah
Mulo senengo tetulung
Marang sepadane gesang
Mengakhiri makalah singkat ini ada petuah dalam bahasa jawa yang menyatakan :
Yen sira pengen urip mulyo, goleko tengu sing atine sak gedene wungkal, terus wungkusen nganggo godong asem lan bitingono nganggo alu.
Demikian mudah-mudahan bermanfaat. Kritik dan saran demi kebaikan sangat kami harapkan
DAFTAR BACAAN
- Fery Muhammad, Hidup Bahagia dengan Iman, Ananda Publishing, tahun 2005
- Nawawi, Imam, Hadits-hadits Arba’ion Nawawiyah, Era Intermedia, tahun 2002
- Nur Ali, Muhammad, Enam Puluh Kisah Teladan Sepanjang Masa, Mujahid Press, tahun 2004
- Arfan Pradiansyah, Makalah Study Islam Intensif, tahun 2005.
Disampaikan dalam Silaturahmi Pokjaluh pada hari/tanggal : Sabtu, 6 Februari 2010 oleh :
Nama : Choiri, S.Ag
NIP : 150401648
Tempat Tugas : KUA Kecamatan Kasihan
3 comments:
selamat siang.
mohon mf admint.sy masih penasaran dgn arti kata
Yen sira pengen urip mulyo, goleko tengu sing atine sak gedene wungkal, terus wungkusen nganggo godong asem lan bitingono nganggo alu.
mohon jawaban ya pak mas admint
mohon jwaban ya pak admint
Bagaimana penjabarannya soal ati tengu...
Posting Komentar