Senin, 13 Februari 2012


KESEHATAN REPRODUKSI
Oleh : Rohwan, MSI

Semua makhluk hidup termasuk manusia, memiliki penyaluran kebutuhan biologis untuk melanjutkan keturunan yang disebut reproduksi. Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Reproduksi terkait dengan organ reproduksi sebagai alat yang berfungsi untuk reproduksi manusia. Adapun kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit namun juga sehat secara mental, sosial dan kultural. Pandangan Islam terhadap reproduksi sebagaimana dalam ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini : QS. As-Syuura : 49-50, QS. Al-An’am : 151 dan QS. At Thariq ayat 5-7.

A. Mengenal Alat Reproduksi
1. Alat reproduksi wanita
Alat reproduksi wanita bagian luar terdiri dari :
v  Bibir luar /labia mayora
v  Bibir dalam / labia minora
v  Kelentit/klitoris, yang sangat peka karena banyak mengandung serabut saraf
v  Mulut vagina, merupakan rogga penghubung rahim dengan bagian tubuh.
v  Lubang vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen) yaitu jaringan tipis berbentuk cincin.
Adapun alat reproduksi wanita bagian dalam terletak di bagian dalam rongga panggul, yang meliputi :
v  Vagina (liang senggama/kemaluan)
v  Mulut rahim/serviks
v  Dua buah saluran penghubung ovarium dengan rongga rahim, yang terletak di sebelah kanan dan kiri rahim dan disebut tuba fallopi
v  Dua buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri.


2. Alat reproduksi pria
Alat reproduksi pria terdiri dari 5 bagian :
v  Zakar/penis, berbentuk bulat memanjang dan meiliki ujung seperti helm (glans). Ujung penis ini dipenuhi serabut saraf yang peka
v  Buah zakar/testis, jumlahnya sepasang, bentuknya bulat lonjong, dan menggantung pada pangkal penis. Testis inilah yang menghasilkan sel kelamin pria (sperma).
v  Saluran kencing/uretra, saluran ini untuk mengeluarkan air mani dan air seni, tetapi ini tidak secara bersamaan. Pada saat air mani dikeluarkan secara otomatis katup kemih tertutup;
v  Kelenjar prostat, menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma;
v  Kelenjar seminalis, fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat. Kedua kelenjar ini termasuk alat reproduksi pria bagian dalam

B. Masa Subur dan Masa Reproduksi
       Wanita yang sudah mengalami mentruasi/haid akan mengalai masa subur. Masa subur  adalah masa dimana terjadi pelepasan sel telur wanita, dari segi kebidanan titik puncak kesuburan sebenarnya terjadi pada hari ke-14 sebelum haid berikutnya. Tapi karena haid berikutnya seringkali tidak sama pada setiap wanita, maka masa subur diambil perkiraan 3-5 hari sebelum dan sesudah hari ke-14 tersebut. Jadi kurang lebih 10 hari di tengah-tengah siklus antara dua periode haid. Setiap wanita yang sudah mengalami masa subur ada peluang untuk melakukan reproduksi/kehamilan, tetapi masa reproduksi sehat yang dianjurkan adalah pada usia 20 – 30 tahun, pada usia ini wanita berada pada keadaan paling baik untuk hamil dan melahirkan anak dengan resiko yang paling rendah
      
C. Merencanakan Kehamilan
Sebagaimana uraian di atas bahwa masa reproduksi sehat pada wanita berada pada kisaran usia 20 – 30 tahun. Jika pasangan nikah sudah berada pada usia tersebut dapat merencanakan kehamilan. Proses kehamilan dapat terjadi karena pertemuan benih laki-laki dan perempuan. Pada saat alat kelamin laki-laki berada di dalam vagina dan terjadi ejakulasi, dalam waktu yang singkat (kurang dari 5 menit) ratusan juta benih laki-laki masuk ke rongga rahim. Jika wania sedang dalam masa subur, sel telur yang dilepaskan mungkin bertemu dengan sperma laki-laki dan dapat menghasilkan pembuahan yaitu terbentuknya sel janin (Zygot). Sel janin ini kemudian menempel di dinding rahim yang selanjutnya berkembang menjadi janin (calon bayi), proses perkembangan janin berjalan selama 9 bulan.
       Memiliki anak yang sehat, cerdas dan kuat merupakan dambaan setiap orang tua. Untuk itu perawatan anak sejak dalam kandungan hendaknya diperhatikan dengan seksama. Untuk kehati-hatian, apalagi pada kehamilan pertama, sebaiknya begitu ada tanda-tanda kehamilan segera diperiksakan ke bidan/dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut sekitar kehamilan. Pada pemeriksaan pertama ini biasanya seorang Ibu akan mendapatkan kartu periksa yang berisi catatan sekitar kondisi kehamilan dan  jadwal pemeriksaaan berikutnya. 
D. Mempersiapkan Persalinan
Masa persalinan/lahirnya janin merupakan masa yang ditunggu-tunggu bagi suami istri. Siapapun pasti berharap agar proses persalinannya berjalan dengan lancar tanpa ada masalah baik pada diri anak yang ada di kandungan maupun pada ibu. Berdasarkan realitas di masyarakat ternyata tidak semua proses persalinan berjalan dengan lancar, hal ini karena adanya faktor resiko, yang perlu diwaspadai oleh seorang ibu, yaitu :
1.      Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2.      Jarak kehamilan kurang dari 3 tahun
3.      Jumlah anak sudah lebih dari 3 orang
4.      Adanya kelainan pada letak bayi dalam kandungan
5.      Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya yang buruk, seperti persalinan macet, operasi, lahir mati, lahir prematur, kehamilan kembar, atau mengalami keguguran 3 kali berturut-turut.
Anggota keluarga terutama suami perlu memperhatikan adanya tanda-tanda bahaya komplikasi kehamilan dan persalinan, seperti :
1.      Pendarahan pada kehamilan
2.      Pengeluaran cairan pada kehamilan
3.      Pucat dan berat badan kurang dari 45 kg
4.      Gejala kejang yang timbul tiba-tiba
5.      Pembekakan di tubuh terutama pada kaki, pandangan kabur, dan sering sakit kepala
6.      Tekanan darah meningkat;
7.      Demam dengan temperatur suhu diatas 38 derajat celcius
Bila tanda-tanda ini muncul perlu dilakukan rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.

E. Menyambut Kelahiran Bayi
1.      Beberapa saat sesudah bayi dilahirkan, hendaklah suami selaku ayah si bayi, membacakan adzan pada telinga kanan dan iqomat pada telinga kiri.
2.      Anak yang baru lahir hendaknya didoakan agar mendapat berkah dari Allah SWT dan dijauhkan dari segala godaan dan gangguan, misalnya dibacakan doa yang biasa dibacakan Nabi Muhammad SAW pada saat kelahiran cucu-cucu beliau (Hasan dan Husain) :
اعوذ بكلمات الله التمات من كل شيطان هامة ومن كل عين لامة. حسن حسين
Artinya : Aku berlindung dengan Allah yang sempurna dari tiap-tiap setan yang menggoda dan dari tiap-tiap yang dilihat mata menakutkan.
3.      Pada hari ketujuh kelahirannya hendaknya diberi nama yang baik dan sebagai rasa syukur kepada Allah, bagi yang mampu melakukan aqiqah, yaitu menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan untuk diberikan kepada tetangga dan para kerabat. Pada hari ke tujuh pula anak mulai dicukur rambutnya, semuanya atau sebagian.
4.      Orang tua (suami-istri) hendaknya tidak menunjukkan kegembiraan yang berlebihan dengan lahirnya anak laki-laki atau kesediaan jika mendapatkan anak perempuan. Karena semua itu amanah dari Allah SWT.


F. ASI dan  Perawatan Bayi
1.      Setelah melahirkan segera menyusui dengan memberikan ASI yang pertama keluar  yang disebut kolostrum, berwarna kuning). Kolustrum mengandung zak kekebalan yang cocok untuk melindungi bayi dari penyakit menular.
2.      ASI mengandung gizi yang bernilai tinggi untuk pertumbuhan dan kecerdasan bayi;
3.      ASI mudah dicerna dan dihisap, tidak menyebabkan susah buang air besar dan alergi, selalu bersih dan segar serta mempunyai suhu yang sesuai dengan bayi, dapat langsung diminum setiap saat.
4.      ASI dapat menjalin hubungan batin yang erat bagi bayi dan ibunya;
5.      Pemberian ASI secara ekslusif (tanpa memberikan makanan yang lain) diberikan sampai bayi umur 6 bulan.
6.      Untuk menambah kekebalan anak pada penyakit (difteri, batuk rejan , TBC, tetanus,polio, campak ) berikan imunisasi sesuai dengan jadwal yang disarankan bidan/dokter.
7.      Melakukan perawatan payudara untuk membantu keberhasilan ibu dalam menyusui;
8.      Bentuk payudara tidak akan berubah karena menyusui, bahkan menyusui dapat mengurangi resiko kanker payudara. 

G. Pencegahan Kehamilan
Bagi suami istri yang akan menunda kehamilan atau mengatur jarak kehamilan anak, dapat dicegah dengan metode kontrasepsi. Ada tiga metode kontrasepsi yang dapat dipilih oleh pasangan nikah :
1. Metode Kontrasepsi Alamiah
Metode ini dapat digunakan langsung oleh pasangan suami istri tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Jenis-jenisnya adalah :
a.      Abstinensia, yaitu dengan tidak melakukan hubungan sama sekali, metode ini tentu berat dilaksanakan terutama untuk pasangan nikah baru;
b.      Senggama terputus, adalah senggama yang dijalankan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama (menjelang orgasme), alat kelamin laki-laki dikeluarkan dari liang vagina. Metode ini memerlukan pengendalian yang kuat dan juga kecermatan, karena jika ada sedikit cairan yang mengandung sperma tertumpah dari zakar dan masuk ke vagina bisa menyebabkan kehamilan.
c.       Pantang Berkala, adalah tidak melakukan senggama pada saat istri sedang masa subur. Metode ini cocok untuk wanita yang mengalami siklus haid secara teratur.
2. Metode Kontrasepsi Buatan
Metode kontrasepsi Buatan adalah metode pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Metode ini terdiri dari jenis “non hormonal” dan “hormonal”. Alat kontrasepsi non hormonal meliputi :
a.      Kondom, yaitu berupa balon karet tipis untuk dipasang pada alat kelamin pria (zakar), saat kelamin tegang, sesaat sebelum berhubungan, alat ini berfungsi sebagai penampung cairan mani dan tidak masuk ke vagina. Kondom yang digunakan dengan benar sangat efektif, karena tingkat kegagalannya sangat rendah. Selain dapat mencegah kehamilan, alat ini merupakan alat terbaik untuk mencegah penularan penyakit kelamin, mudah dipakai dan tidak perlu resep dokter dan harganya terjangkau. Tetapi bagi sebagian pasutri, metode ini dianggap mengganggu kenyamanan bersenggama.
b.      Spermisida, jenisnya berupa krem, jeli, tablet atau cairan berbusa, yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum bersenggama. Pada beberapa wanita yang sensitif, kadang-kadang penggunaannya dapat meningkatkan pengeluaran cairan vagina, iritasi dinding vagina dan rasa gatal-gatal.
c.       AKDR (Alat  Kontrasepsi Dalam Rahim), alat ini khusus dipasang di dalam rahim wanita, guna mencegah menempelnya sel telur pada dinding rahim. Efektif untuk wanita, keuntungannya tidak dipengaruhi faktor lupa, tidak mahal dan mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang serta pengembalian kesuburan cukup tinggi. Tetapi sangat tidak disarankan untuk wanita yang menderita infeksi dengan tanda-tanda keputihan, dan sebagainya. Sebab dapat menyebabkan infeksi meluas ke rongga panggul, dan berisiko mengakibatkan kemandulan bila infeksi tidak segera diobati. Pada usia di bawah 20 tahun juga beresiko, alat bisa keluar sendiri dan komplikasi lain lebih tinggi, kemungkinan bisa terjadi bercak-bercak pendarahan, atau haid yang lebih banyak dari biasannya.

Adapun metode kontrasepsi hormonal meliputi :
a.      PIL KB : pil ini dapat berisi gabungan hormon estrogen dan progestrogen atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Biasanya berisi 21 – 28 tablet yang diminum setiap hari oleh wanita. Pada pemakaian pil mudah terjadi kegagalan jika tidak diminum secara teratur. Pada pasangan remaja pemakai pil sering kurang konsisten jika dibanding dengan orang dewasa. Kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan progestrogen aman digunakan oleh pasangan remaja dan efektif mencegah kehamilan, jika digunakan secara benar. Metode kontrasepsi ini tidak efektif untuk mencegah penularan penyakit seksual.
b.      Suntikan KB : suntikan merupakan metode yang dapat dipilih oleh pasangan remaja yang seksual aktif karena hanya perlu berkunjung ke klinik secara berkala. Cara ini aman, serta tingkat kegagalannya rendah. Suntikan yang mengandung progestin terdiri dari DMPA yang dikenal dengan Depoprovera yang disuntikkan setiap 3 bulan, Net-En yang dikenal dengan Norestrat yang disuntikkan setiap 2 bulan, Cyclofem yang disuntikkan setiap 1 bulan.
c.       Susuk KB : susuk KB merupakan metode hormonal jangka panjang, 3 – 5 tahun, tetapi metode ini bisa menimbulkan haid yang tidak teratur, bercak-bercak darah (spotting) atau sama sekali tidak keuar haid. Metode ini aman, tingkat kegagalannya rendah, tetapi ada penundaan masa subur setelah berhenti menggunakan, dan sama sekali tidak menlindungai dari penyakit menular seksual.
d.     Pil Kontrasepsi Khusus : metode ini disebut juga ECP (Emergensi Contraseptive Piil). Pil ini terdiri dari dua tablet, dosis pertama diminum segera setelah berhubungan, selambat-lambatnya 72 jam (3 hari). Sedangkan dosis kedua diminum 12 jam setelah pil pertama.

3. Metode Kontrasepsi Operatif/Sterilisasi
Dikenal juga dengan metode kontrasepsi mantap, dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.
Kelebihannya cukup efektif dalam mencegah kehamilan 0,1/100 wanita per tahun. Adapun  kekurangannya bersifat permanen (tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula) dan dikuatirkan timbul penyesalan setelah menjalani metode ini. Disamping itu metode ini termasuk yang diharamkan oleh kebanyakan ulama fiqih, karena sifatnya yang permanen tersebut.  












GAMBAR ALAT KONTRASEPSI
F. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual (PMS) atau sering disebut penyakit kelamin adalah kelompok penyakit menular yang penularannya terutam melalui hubungan seksual. Pada laki-laki gejalanya lebih mudah dikenali/dirasakan, sedangkan pada wanita, sebagian besar tanpa gejala sehingga cenderung tidak mencari pengobatan, dan menjadi sumber penularan penyakit. Berbagai penyakit termasuk PMS,  yang banyak terjadi di masyarakat adalah:
1.      Sifilis ("Lues","Raja Singa")
2.      Gonore (Kencing nanah)
3.      Kondiloma a Kuminata (engger Ayam)
4.      Jamur
5.      Herpes
6.      Dan Lain-lain, termasuk HIV/AIDS
Penderita PMS lebih mudah tertular oleh HIV/AIDS, oleh karena terdapatnya luka atau peradangan pada alat kelamin. Golongan orang yang mempunyai rsiko tinggi untuk mendapatkan PMS adalah :
1.      Mereka yang berumur 20 - 24 tahun (pria 20-30 tahun, wanita 16-24 tahun)
2.      Orang yang berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual.
3.      Wanita tuna susila
4.      Kaum homo seksual.
Gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit menular seksual tersebut antara lain :
1.      Keluarnya cairan dari alat kelamin laki-laki atau perempuan yang bisa berupa cairan, darah atau nanah.
2.      Adanya luka pada alat kelamin.
3.      Adanya tumor, kutil, benjolan seperti jengger ayam atau bunga kol pada alat kelamin.
4.      Adanya benjolan pada lipatan paha
5.      Pembengkakan buah zakar laki-laki
6.      Rasa nyeri pad perut bagian bawah (pada wanita).
Namun gejala-gejala atau tanda-tanda tersebut dapat pula disebabkan oleh keadaan lain yang bukan PMS, sehingga bila gejala tersebut muncul, harus segera dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Perlu diingat, bahwa seseorang yang mengidap PMS tidak selalu menunukkan gejala, terutama pada wanita. PMS pada dasarnya dapat dicegah dan diobati. Upaya pencegahan tidak lain adalah dengan melakukan hubungan seks secara sehat dan hanya dilakukan dengan pasangan yang sah. Bila PMS tersebut tidak diobati sampai tuntas maka dapat mengakibatkan:
1.      Penyakitnya menjadi menahun (kronis)
2.      kemandulan (tidak bisa punya anak)
3.      kanker alat reproduksi
4.      sering keguguran
5.      menular ke bayi yang dikandungnya
6.      gangguan kehamilan (kehamilan diluar kandunagn dan bayi lahir cacat)
7.      terkena infeksi HIV/AIDS
8.      kematian
Selama tahun-tahun terakhir ini jumlah penderita PMS terus meningkat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut antara lain adalah:
1.      Peledakan jumlah penduduk
2.      Mobilitas masyarakat yang bertamah
3.      Perilaku seksual bebas karena moral, budaya dan penghayatan agama kurang
4.      Kurang diberikannya pendidikan mengenai masalah yang berkaitan dengan seksualitas
5.      Fasilitas kesehatan yang kurang memadai
6.      Banyak yang tidak mempunyai gejala apapun, tetapi ia dapat menulari orang lain
7.      Penderita terlambat mendapatkan pengobatan
8.      Pengobatan yang tidak benar dan tepat
9.      Pasangannya tidak diobati
10.  Faktor umur dan jenis kelamin:



Buku Rujukan  :

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Cetakan Tahun 2007

Modul Fasilitator Kursus Calon Pengantin, Departemen Agama RI, Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, Tahun 2001.

Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Sebaya (Peer Education) dalam Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS di SLTA, Depdikbud, Pusat kesegaran jasmani dan kreasi, Jakarta 1998

Modul Kesehatan Reproduksi Remaja, Badan Kesejahteraaan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bantul, Tahun 2008 



0 comments:

Posting Komentar