Selasa, 14 Februari 2012


MANAJEMEN KELUARGA
Oleh : Rohwan, MSI

PENDAHULUAN 
 
          Akhir-akhir ini masalah manajemen sudah mulai dihubungkan dengan keberhasilan suatu keluarga. Bahwa untuk mencapai tujuan berkeluarga perlu adanya sistem pengelolaan yang disebut dengan manajemen. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Pendapat lain menyebutkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana mengatur dan memimpin serta menggerakkan orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
          Walaupun belum dilaksanakan secara teratur, sejak dahulu kala nenek moyang kita  telah melaksanakan prinsip-prinsip manajemen dalam berkeluarga, misalnya ketika akan memilih calon menantu, terlebih dahulu keluarga mengadakan musyawarah untuk membuat rencana kerja, membagi tugas dan membuat penilaian terhadap calon menantu tersebut. Penilaian biasanya berkisar dari latar belakang keluarga, perilaku,  dan harapan masa depannya, atau dikenal dengan sebutan “bibit, bebet dan bobot”.
          Mendasarkan pilihan pada “bibit, bebet dan bobot” adalah usaha logis untuk mengelola kehidupan rumah tangga dan masa depan anak, dan banyak lagi cara lain untuk menyelamatkan rumah tangga dan membina kehidupan keluarga sakinah (haffy family life) misalnya dengan membina hubungan baik, kunjung mengunjungi, mengatur keuangan, disiplin dan sebagainya. Semua usaha tersebut merupakan pengamalan prinsip-prinsip manajemen tanpa disadari.
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN
 Manajemen terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), Pengarahan (directing/leading), pengawasan (controling) dan kordinasi. Prinsip tersebut dapat diterapkan sebagai berikut :
1.     Perencanaan (Planning), artinya membuat rencana kerja atau  panduan yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan yang akan dicapai. Dalam sebuah keluarga muslim tentu tujuannya tidak lain adalah terwujudnya keluarga yang sakinah, artinya keluarga yang dibangun melalui perkawinan yang sah, dapat mencukupi kebutuhan lahir batin, penuh suasana kasih sayang dan kedamaian menuju ridho Allah SWT. Karena tujuan tersebut sifatnya umum dan jangka panjang. Maka  perlu di buat tahapan-tahapan jangka pendek , kalau dalam istilah orde baru dulu disebut Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Tahapan tersebut misalnya; ingin punya anak yang sehat, membuat rumah sederhana, membeli kendaraan, membuka usaha baru, dan sebagainya, yang masing-masing tahapan tersebut perlu direncanakan secara lebih detail.
2.    Pengorganisasian (Organizing), yaitu : pengaturan dan tata kerja dalam melaksanakan rencana yang ingin dicapai, termasuk pembagian tugas, siapa saja yang akan melaksanakan.
3.    Pengarahan (Directing/Leading), yaitu mengatur dan menjelaskan bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan, unsur ini dapat dilaksanakan oleh suami selaku kepala keluarga atau istri, untuk hal-hal yang terkait dengan tata laksana rumah tangga.
4.    Pengawasan(Controlling), yaitu mengontrol dan mengendalikan apakah semua rencana berjalan lancar sesuai dengan standar, adakah hambatan/permasalahan yang ditemui, untuk selanjutnya dicarikan solusi.
5.    Kordinasi, yaitu kerjasama seluruh anggota keluarga. Pada dasarnya seluruh anggota keluarga punya peran yang penting, yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Sebuah harapan dalam keluarga akan mudah dicapai, apabila dikerjakan secara bersama-sama.
MANAJEMEN KEUANGAN
          Merupakan suatu kewajiban agama dan kebutuhan dasar bagi setiap individu muslim untuk mengetahui prinsip-prinsip ekonomi dan manajemen keuangan islami, minimal dalam skala individu dan keluarga agar memperoleh kebahagiaan di dunia dengan menjadi pribadi yang shalih dan mendapatkan keselamatan di akhirat. Hal itu karena harta dalam Islam merupakan amanah dan hak milik seseorang serta kewenangan untuk menggunakannya terkait erat dengan adanya kemampuan (kompetensi) dan kepantasan (integritas) dalam mengelola aset atau dalam istilah prinsip kehati-hatian perbankan (prudential principle) disebut Fit and Proper sebagaimana prinsip Islam mengajarkan bahwa “Sebaik-baik harta yang shalih (baik) adalah dikelola oleh orang yang berkepribadian shalih (amanah dan profesional).”

          Hal ini menunjukkan bahwa Islam menghendaki setiap muslim untuk dapat mengelola usaha dan berusaha secara baik, mengelola dan memenej harta secara ekonomis, efisien dan proporsional serta memiliki semangat dan kebiasaan menabung untuk masa depan dan persediaan kebutuhan mendatang. Prinsip ini sebenarnya menjadi dasar ibadah kepada Allah agar dapat diterima (mabrur) karena saran, niat dan caranya baik. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik dan hanya menerima yang baik-baik saja.” (HR. Muslim).
          Manajemen keuangan keluarga islami harus dilandasi prinsip keyakinan bahwa penentu dan pemberi rezki adalah Allah dengan usaha yang diniati untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar dapat beribadah dengan khusyu’ sehingga memiliki komitmen dan prioritas penghasilan halal yang membawa berkah dan menghindari penghasilan haram yang membawa petaka. Manajemen keluarga muslim merupakan suatu bagian penting dalam membantu mewujudkan rumah tangga yang harmonis dan mampu menjadi pendukung bagi aktivitas keislaman dan keseharian rumah tangga yang islami.  Sebab sangat banyak masalah ekonomi atau keuangan keluarga yang menjadi penyebab ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan akhirnya mengganggu aktivitas seorang muslim dalam melaksanakan tugasnya, baik sebagai seorang istri, suami, anak ataupun sebagai hamba Allah untuk beribadah kepada-Nya.
          Dalam kaidah fikih, ekonomi keluarga mutlak tanggung jawab suami. Jika istri bekerja, hasilnya untuk diri sendiri. Bila ditujukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, maka bernilai sedekah. Rumah tangga, yang di dalamnya ada suami, istri dan anak-anak, merupakan unit keuangan yang terkecil. Pada umumnya saat awal menikah, sering terjadi kesulitan mengatur keuangan rumah tangga, yang berakibat terjadi ‘deficit cash flow’ pada akhir bulan, karena pengelolaan keuangan belum tertata dengan baik, dan belum ada perencanaan secara komprehensif.
          Manajemen keuangan keluarga yang baik senantiasa menjaga keseimbangan (tawazun) antara besarnya pendapatan keluarga dengan besarnya pengeluaran. Dalam hal ini Islam mengajarkan kita untuk senantiasa bersifat qona’ah ketika pendapatan keluarga tidak begitu besar dan berusaha untuk mengpotimalkan pos-pos pengeluaran dengan baik, jangan sampai ‘besar pasak daripada tiang’.

POS KEUANGAN KELUARGA
          Pos apa yang pertama kali kita sisihkan saat pertama kali menerima penghasilan/gaji? Banyak ibu rumah tangga dan para bapak menjawab “belanja rutin”. Menurut perencana keuangan keluarga, Achmad Ghazali, jawaban itu kurang benar. ”Yang benar adalah sisihkan dulu untuk zakat, infak dan sedekah (ZIS), bayar utang, menabung baru belanja rutin.” Mengapa demikian, menurutnya karena belanja adalah pos yang paling fleksibel. Besar atau kecilnya tergantung kebiasaan dan kemauan personal. Zakat Infak Shadaqoh (ZIS) berurusan dengan dunia dan akhirat. Utang berkaitan dengan urusan dunia, sehingga jika telat dibayar, maka orang yang bersangkutan harus membayar denda, bunga, dan diteror debt collector. Tabungan berkaitan dengan masa tua sehingga harus dikeluarkan lebih dahulu sebelum uang gaji dibagikan untuk pos belanja rumah tangga.
          Disinilah diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam merencanakan, menyusun, dan melaksanakan rencana keuangan seseorang khususnya dalam kehidupan rumah tangga. Prioritas alokasi pengeluaran dari gaji yang diterima ada dalam 4 titik, yaitu:
  1. Untuk dikeluarkan zakatnya.
  2. Pengeluaran kepada pihak ketiga sebagai salah satu kebijakan mendahulukan kewajiban daripada hak.
  3. Investasi dan tabungan untuk kehidupan masa depan.
  4. Terakhir untuk alokasi kebutuhan kita sekarang.
Dari ke empat titik tersebut seringkali berbalik, titik terakhir malah menjadi yang utama dan titik paling utama justru menjadi yang terakhir. Seperti dalam gambar di bawah ini

          Sebagaimana sifat air, selalu mengalir dari atas ke bawah, begitu pula Cash Flow kita. Seringkali terlihat seperti gambar di atas. Setelah menerima gaji, maka akan langsung mengalir ke bawah, yaitu ke arah konsumsi. Baru setelah itu kalau ada sisa, kita tabung. Kalau masih juga ada sisa dari yang kita tabung, kita buat bayar cicilan sepeda motor, rumah, dan lain-lain. Kalau ternyata masih juga ada sisa, barulah kita mengeluarkan untuk infaq dan shodaqoh.


          Cash Flow seorang muslim,digambarkan seperti segentong air yang mana selalu mendapat aliran secara berkala dalam setiap bulan. Langkah awal yang harus dilakukan bagi seorang muslim adalah tidak menyediakan sembarang gentong. Gentong yang kita sediakan adalah gentong yang bermerek Gentong Q ( Qona’ah). Karena sebesar apapun pendapatan kita, tidak akan bisa cukup kalau kita sendiri tidak merasa cukup dengan yang kita dapat. Sebelum masuk dalam gentong, air harus melewati Filter Halalan Thoyyibah.
          Setelah air masuk ke dalam gentong, Kran Air harus ditutup dulu. Kenapa harus ditutup dulu? Karena ”Air” masih harus membasahi bagian terpenting. Yaitu Hak Allah, (Zakat Infaq dan Shodaqoh). Baru setelah Hak Allah kita tunaikan, ”Air” kita alirkan ke saluran “Hak pihak Ketiga”. Apakah hak pihak ketiga itu? Ia adalah  hutang dan cicilan yang wajib kita tunaikan. Barulah setelah itu, kita tentukan seberapa banyak ”Air” harus kita sisakan sebelum dihabiskan. Kita alirkan ”Air” ke saluran “Hak Pribadi Masa Datang”. Yaitu untuk menabung dan investasi (pendidikan anak, ibadah haji, dll).
          Setelah melewati saluran-saluran tersebut, barulah ”Air” bisa kita nikmati untuk mencukupi kebutuhan. Dan ingat! Kran harus tetap difungsikan. Artinya, kita harus bisa hidup hemat, menyesuaikan konsumsi kita dengan ”Air” yang tersedia.

TIPS BELANJA HEMAT
1.     Perhatikan baik-baik ke mana uang kita pergi. Catat di memo apa yang dibutuhkan dan mencatat apa yang anda beli. Terbiasa mencatat akan membantu anda menjadi lebih cermat dan tentu lebih hemat saat belanja.
2.    Jangan suka belanja mendadak. Makin banyak waktu untuk belanja, makin hematlah anda. Anda bisa membandingkan harga, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Hukum ini berlaku lebih pada momen-momen tertentu seperti persiapan merayakan hari besar, ulang tahun, dan lain-lain.
3.    Kalau belum jadi konglomerat dengan limpahan uang di deposito, lebih baik bawa uang cash di dompet untuk dibelanjakan, dibandingkan memakai kartu kredit.
4.    Jangan malu untuk menawar serendah mungkin. Dengan begitu anda bisa menghemat sejumlah uang walau tidak terlalu besar jumlahnya, dan uang itu bisa dialokasikan untuk keperluan yang lain.
5.    Jangan lupa membawa daftar belanja anda. Dan biasakan untuk tidak membeli apapun yang tidak ada dalam daftar tersebut.
6.    Jangan pergi belanja dalam keadaan lapar. Itu akan membuat anda jadi boros membeli makanan yang harganya bisa relatif mahal. Kalau bisa makan dulu di rumah sebelum pergi, itu akan jauh lebih baik. Kecuali memang niat makan diluar.
7.    Jangan belanja dalam keadaan bingung, sedih atau sedang dalam masalah lain. Terutama pada wanita, belanja dalam keadaan seperti ini akan membuat anda ”lapar mata” dan akhirnya membeli sesuatu yang sama sekali tidak perlu.
8.    Belanjalah sendirian. Bawa pasangan atau anak ketika belanja akan membuat anda ‘tergoda’ untuk membeli sesuatu untuk mereka.
9.    Jangan langsung buang bukti pembayaran. Anda bisa baca ulang bukti itu untuk menjadi bahan perhitungan dan ‘perenungan’. Dan siapa tahu barang yang anda beli rusak, anda bisa mengembalikannya dengan membawa bukti itu.
10.  Jangan malu cari barang tertentu di toko barang bekas. Jika pandai memilih, anda bisa menghemat sejumlah uang untuk barang yang masih berkualitas baik.


SISTEM AMPLOP
          Untuk memudahkan bagaimana mengelola keuangan dapat dilakukan  dengan sistem amplop, tentu saja setelah dikeluarkan untuk zakatnya,  sebagai berikut:
Amplop 1: Sedekah –> Di samping berzakat, alangkah baiknya kita banyak bersedekah karena ini adalah perintah Allah yang pahalanya begitu besar, seperti dalam firmanNya QS Al-Baqarah: 261,
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Amplop 2: Dana Kesehatan dan Pendidikan –> ini tidak hnaya bagi  yang sudah punya anak, bagi yang masih berdua (apalagi dua-duanya aktifis) perlu juga mengonsumsi food supplement atau yang biasa dikonsumsi RasuluLlah seperti madu, jintan hitam, zaitun dsb. Ini pun bisa dimanfaatkan ketika ada anggota keluarga yang sakit. Nah, untuk pendidikan, budget untuk buku atau film edukasi mesti ada. Setelah menikah kita harus semakin rajin belajar, misalnya pengetahuan tentang kesehatan keluarga, makanan bergizi, fiqh sunnah dsb.
Amplop 3: Dana Rekreasi –>setiap orang perlu penyegaran diri setelah lelah dalam rutinitas harian. Rekreasi penting untuk mengembalikan mood dan semangat di samping bermanfaat bagi fisik. Sebenarnya tidak perlu mahal, jalan pagi di daerah yang hijau-hijau juga bisa disebut rekreasi tapi minimal pasti ada pengeluaran seperti minum / makanan (ini juga bisa disiasati dengan bawa bekal dari rumah). Nah, kalau mau yang lebih bermodal misalnya ke museum, nonton teater, kebun binatang dsb yang pasti akan mengeluarkan  dana minimal ongkos + tiket masuk. Nah, buat para suami ingatlah bahwa kewajiban istri itu melayani suaminya dan menyejukkan pandangan, maka perlu sesekali istrinya beli pakaian baru atau perawatan, ini untuk kebahagiaan suami juga menyegarkan kembali para ummahat supaya servisnya juga semakin memuaskan ;
Amplop 4: Dana Hadiah –> Setiap bulan pasti ada saja yang hajatan seperti nikahan, ulang tahun, sunatan, aqiqah dsb. Sebagai muslim yang baik, kita harus memenuhi undangan dari saudara/i kita atau selain doa tentunya, kita dapat memberikan hadiah untuk membahagiakannya. Selain itu, sesekali kita perlu bersilaturahim ke rumah saudara/i kita terutama yang jarang bertemu (asalkan tidak merepotkan) dan membawakan buah tangan. Insya Allah akan ada balasan yang terbaik dariNya. Ingat juga orang yang paling berjasa dalam hidup kita yakni orang tua (baik kandung maupun mertua) dan kakak-adik. boleh lah kita berbagi kebahagiaan juga lewat bingkisan manis dari anak dan saudaranya tercinta. Semoga hubungannya kian dilanggengkan oleh Allah SWT.
Amplop 5: Dana Konsumsi –> Pos ini yang  harus kita perhatikan, ini menyangkut kebutuhan harian kita seperti belanja makanan, ongkos transportasi, listrik, pulsa, alat kebersihan dsb.  
          Pola pembagian sistem amplop tersebut tentunya bisa kita buat sendiri dengan jenis pengeluaran yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan keluarga. Disamping itu kita harus disiplin dalam menerapkan sistem amplop ini, ketika uang di sebuah amplop sudah menipis, kita tidak boleh mengambil uang di amplop yang lain karena akan membuat diri kita menjadi boros dan sulit menahan diri. Makanya, kita harus rajin juga menulis catatan kas pemasukan dan pengeluaran harian kita agar menemukan pola besaran yang tepat untuk masing-masing pos pengeluaran. Menentukan skala prioritas pengeluaran juga penting dalam hal ini agar diri kita terjaga dari pengeluaran yang sia-sia.
          Maka dari itu, penting untuk membuat perencanaan keuangan, tidak hanya untuk masa kini tapi juga masa yang akan datang. Setiap kita pasti mengerti akan pentingnya menabung tetapi masih terasa sulit untuk menerapkannya secara konsisten? .  Kita harus memiliki tujuan yang pasti untuk menguatkan tekad kita dalam menabung seperti menabung untuk menyicil pembelian rumah, kendaraan, pendidikan dan kesehatan anak dsb atau menabung untuk berinvestasi baik di dunia seperti modal bisnis maupun akhirat seperti membeli tanah untuk diwakafkan. Soal menabung ini sendiri pun akan menghadapi pilihan kembali- dimana? – kalau di rumah tentu berrisiko, ya, kita sebagai muslim tentu sudah mengenal bank syariah kan? (di luar kontroversi seputar syar’innya bank syariah itu sendiri), setiap kita punya pilihan dan tentunya memilih itu berdasarkan niat dan cara yang benar dan baik.
          Terakhir, di atas itu semua, kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah yang Maha Kaya dan Maha Pengasih atas segala rizki yang Ia karuniakan kepada kita. Yakinlah bahwa Ia Maha Mengetahui atas niat dan amal yang kita lakukan dengan harta kita, insya Allah Ia akan menambahkan barakah atas rizki kita. Semoga keberkahan senantiasa mengiringi kehidupan rumah tangga kita 

PENUTUP
Semoga materi yang singkat ini dapat menjadi masukan berguna bagi kita khususnya bagi pasangan nikah baru, untuk mulai menjalani kehidupan berkeluarga dengan menata dan mengatur manajemen keuangan. Sehingga terwujudlah sebuah tatanan keluarga yang harmonis dan dapat memberikan kontribusi bagi dakwah Islam secara luas. 
Wallahu A’lam bis Showab



Sumber Bacaan :

1.     Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, (Jakarta : 2002)

0 comments:

Posting Komentar